Teringat, dulu bareng temen dekat, kami sering ejek-ejekan: "Sebenarnya mau jadi apalah kau nanti?" Candaan pas skripsian. Sekaran...

Teringat, dulu bareng temen dekat, kami sering ejek-ejekan: "Sebenarnya mau jadi apalah kau nanti?" Candaan pas skripsian. Sekarang aku baru bisa menerjemahkan candaan itu. Aku ternyata jadi orang yang sering pindah-pindah. Sampe, sempat pernah dapat komentar: "Enaklah ya pindah-pindah terus hidupmu." 


Pindah dan tinggal ke luar negeri itu bisa memicu beragam perasaan dan emosi. Sebut aja seneng, frustrasi, bisa jadi lebih percaya diri, dan beragam masalah psikologis yang lain. Tapi sejatinya, "pindah" itu bisa jadi sebuah pilihan. Walaupun gak melulu harus ke negara lain. 


Dari semua alasan yang mungkin, kebanyakan orang mutuskan untuk pindah ke negara baru disebabkan karena peluang baru, karir baru, dan untuk kehidupan baru. Sebagian orang juga beranggapan bahwa pindah itu untuk -move on- dari masa lalu dan menata karakter diri lagi. Ya... sekedar untuk menata hidup. Tapi yang jelas, setiap kali ber-pindah, semuanya berubah. Semua beda. Dalam artian, kita [terkadang] dipaksa atau memaksa diri untuk belajar dari titik terbawah. Dan itu gak nyaman. Kangen orangtua dan keluarga. Kangen ini, itu, banyak! Tapi semua ditahan. Makanya, pindah bisa menempah cara pandang orang, merubah pembawaan diri, atau bahkan juga mungkin merubah cara orang bicara.


Setiap orang punya masanya dan caranya sendiri untuk pindah. Kecil dengan orangtua, besar menikah, lalu pindah. Seenggaknya ini contoh yang paling mudah untuk menganalogikan "pindah" yang dimaksud. Adakah pilihan untuk gak pindah untuk kasus ini? Ada! 


Tapi, ada satu hal yang gak akan pernah ada pilihannya, selain harus siap untuk pindah: Mati. Dimana pada masanya, apapun yang hidup di dunia, akan "berpindah". Mudah-mudahan allah selalu berkenan memberikan hidayahnya untuk kita semua yang masih terlalu sering berpindah-pindah. Aamiin


 Alhamdulillah kami sehat dan bahagia,,, Alhamdulillah... Yepp... itu bisa jadi jawaban singkat atau update singkat dari kami muehehe. Jadi,...

 Alhamdulillah kami sehat dan bahagia,,, Alhamdulillah...


Yepp... itu bisa jadi jawaban singkat atau update singkat dari kami muehehe. Jadi,,, akhirnya terlewati sudah 5 bulan di Kanada. Gak terasa, masyaallah... Time flies for sure. Masih rasanya baru kemarin kami sering-sering update story instagram gimana kami dealing with jetlag gitu sampe di Kanada. Lah ini rasanya kayak tiba-tiba uda sampe di pertengahan tahun di sini. 


Eh,,, btw, bagi yang belum tau. Aku buat tulisan sebelumnya tentang mengapa akhirnya pindah ke Kanada di sini, silahkan bagi yang minat bisa singgah dan baca-baca ini: We Finally Moved from South Korea.


Well,,, setelah setengah tahun di sini, apa yang terjadi dengan kehidupan kami? Let's talk ....


Kami masih agak kaget ya dengan winter, waktu, budaya, dan makanan di sini. Ada beberapa hal yang perlu sedikit adjustment dengan cara berfikir orang Asia dengan orang Barat. Kami di sini: aku, istri, dan anak. 


Dari segi musim dingin dulu ya. Kan tinggal di Korea Selatan ada winter tuh. Mungkin Korea Selatan adalah salah satu negara di Asia dengan suhu dingin yang lumayan ekstrim. Seenggaknya selama aku tinggal di sana, aku pernah ngerasain rasanya hidup dengan suhu -20 derajat celcius. Dengan mind set ini, aku ngerasa kalau kami akan bisa hidup dengan normal atau mirip dengan cara hidup kami pas winter di Korea Selatan. Jadi, awalanya mikir kalau winter di Kanada mirip-miriplah dengan winter di Korea Selatan. Ternyata TIDAK! Kami ketepatan tiba di kondisi winter terburuknya Kanada, khususnya Montreal City. Di minggu pertama setelah landing, struggle kami adalah jetlag, dan ngerasa winter di Montreal masih mirip dengan Korea. Di saat itu, aku masih kuat pakai satu layer baju + Jaket yang gak terlalu tebel dan pakai sepatu running biasa, kayak sepatu-sepatu yang orang Indonesia pake pada umumnya. Dari awal memang aku uda riset kalau suhu dingin di Kanada bisa lebih dingin dari Korea dan akan lebih panjang dari Korea. Jadi, uda nyiapin jaket-jaket tebel. Tapi ya itu.... karena rasanya dinginnya masih sama dengan dinginnya winter di Korea, aku masih ngerasa belum perlu untuk ngeluarin jaket tebel dari koper. Kami masih belum mengakui kalau Montreal lebih dingin dari pada Korea. Yang kami nikmatin banget adalah salju di Montreal lebih tebel dan lebih sering turun dari pada di Korea. Aku personally seneng, dan anakku juga masih demen banget main salju. Jadi belum berpikiran untuk ngeluarin jaket tebel. Karena bulky-kan kalau uda keluar dan capek di badan kalau uda dipakai. Tiba-tiba, begitu diakhir pekan pertama, suhu ngedrop dari -10 derajat ke -29 derajat, dan berlanjut sampai ke -40 derajat. Salju bisa turun terus-terusan selama 3 hari dari pagi ke pagi lagi. That was insane. Dan di saat itulah aku baru mengakui kalau winter di Montreal is another level dari winter di Korea. Winter di sini bisa sampe di bulan April rasa dinginnya. Bahkan di tahun ini, pernah hujan di bulan Maret atau April, no snow at all, just rain, tapi justru buat semuanya beku. Padahal suhunya gak sampe minus. Cuma kayak gerimis biasa gitu semingguan, tapi buat ranting-ranting pohon beku, dan ini sempat buat sekitar 100 ribuan warga harus ngungsi ke shelter-shelter karena ranting pohon (atau bahkan pohonnya sendiri) putus dan ambruk dan ngerusak kabel-kabel listrik rumah-rumah warga.


Winter di Montreal sekitar di bulan Februari

Hujan yang kemudian beku di ranting-ranting pohon di bulan Maret/April


Anakku bebas tiduran di Salju, karena salju bisa tebel sampe 25 cm, kemudian tertumpuk dengan salju baru, tingginya bisa lebih dari 25 cm

Dari segi waktu.... apa ya? Mungkin karena masih terasa jetlag, jadi kami ngerasa kesulitan untuk bisa hidup di normal di minggu-minggu pertama. Aku yang memang belum mulai kerja, jadi masih ngerasa beban kerja belum ada kayak misal harus bangun pagi karena harus ngantor. Hal-hal kayak gini buat aku jadi lebih terbawa dengan adaptasi waktu di Kanada. Mungkin alasan lainnya adalaha karena kami masih ngerasa bahwa waktu di Kanada masih sama dengan waktu di Indonesia. Kami sempat mudik ke Indonesia selama 3 minggu. Jadi, somehow badan uda ngerasa beradaptasi dengan rutinitas jam di Indonesia. Trus balik dulu ke Korea dan tinggal selama 4 hari di Korea untuk packing lalalala lililili, jadi badan kami rasanya masih capek banget begitu sampe di Kanada, perjalanan panjang di pesawat, drama-drama kecil dengan koper, tiket, dan toddler. Kalau dibayangin lagi sekarang Eunnneugggh rasanya masihan. Tapi setelah mulai ngantor, kami baru mulai bisa ngikutin pola waktu kerja di sini. Cuma, one thing yang buat aku juga baru sadari kalau di Kanada masih punya istilah Daylight Saving Time (DST) yang mulai dari minggu ke-2 di bulan Maret sampe dengan minggu pertama di bulan November. DST ini artinya Kanada akan memajukan jam di Kanada 1 jam lebih awal dari biasanya. Alasannya supaya orang Kanada bisa dapat lebih banyak ngerasai matahari di musim summer.


Kalau dari segi budaya yang paling buat kaget itu adalah budaya tipping atau ngasih tips ke kasir di warung kopi atau ke pelayan restaurant. Karena jajan di Montreal itu lebih mahal dari pada jajan di Korea. Per Item barang atau jajanan yang kita beli akan kena province tax dan global tax totalnya 15% dari harga barang. Tentu harga barang akan jadi lebih mahal dari harga yang sebenarnya. Ditambah lagi dengan budaya tipping tadi yang bisa 1.5 atau 2.0% normalnya dari harga barang. Can you imagine????? Aku sih gak rela ya ngasih tipping ini. Karena budaya tipping di Korea itu gaada. Kasir dan pelayan itu malu kalau kita ngasih tips ke mereka. Sama dengan pelecehan dan merendahkan mereka kurang lebih. Tapi di sini kebalikannya. Kita gak ngasih tips dianggap rude dan gak sopan. Sempat aku kuatir dengan anggapan gak sopan karena gak ngasih tips tadi, tapi makin ke sini aku uda bodoh amat. Ibaratnya percuma gitu kalau gak iklas ngasih wkwkwk. Karena uda terkejut dulu dengan harga tiap kali jajan di sini. Sebenarnya ya, kalau pajak barangnya tadi gaada atau gak terlalu tinggi, jajanan di sini mirip dengan jajan di Korea harganya. Yang buat sakit itu pajaknya. Jadi bisa dikonversikan dengan besaran gaji bulanan orang-orang di sini. Gajinya bisa terlihat besar dari angkanya, tapi take home pay nya kecil banget. Karena earning salary tax di sini bisa mendekati ke 40% dari gaji kita. Tapi ini masih tergantung dengan besaran gaji tiap orang ya. Makin tinggi gaji, makin tinggi tax., dan sebaliknya. Terus ada lagi budaya ngerokok sembarangan. Aku uda terbiasa dengan cara orang Korea merokok di tempat yang seharusnya mereka bisa merokok. Tapi gitu ke Kanada, rasanya kayak di Indonesia wkwk. Tapi ini diperburuk karena weed atau ganja di sini di legalkan, jadi jangan heran kalau sesekali asap rokoknya bisa bau agak aneh, yang jelas bukan bau tembakau atau rokok pada umumnya. That's when you realize that someone is smoking weed.


Gimana dengan makanan? Jangan harap kalau datang ke restoran-restoran di Kanada yang menunya ala-ala barat akan ada NASI. Kami harus cari restoran dengan menu-menu Asia, kayak restoran Korea, restoran India, Thai, Vietnam, China, atau Jepang, untuk bisa makan bermenu nasi. Kalau restoran barat jangan harap nemu nasi, which I think it's obvious. Karena balik lagi ke budaya orang barat yang memang jarang banget makan nasi. Jadi, kalau kalian nanti one day ke Kanada untuk nginep di hotel yang ada dapurnya, jangan berharap disediakan rice cooker wkwkwk. Dari sini, silahkan ditimbang-timbang lagi kebiasaan untuk bawa beras di koper. 


Tapi dari hal-hal yang buat kaget, ada hal-hal yang kami rasa lebih baik. I'll see when I can share the story with you guys. Untuk sekarang, sampe sini dulu ya.... 


Rasanya uda lama kali gak nulis di sini. Keliatan kali mau nulis aja kalo ada bahannya hehe. Jadi yang mau dibahas itu adalah, it's obvi...



Rasanya uda lama kali gak nulis di sini. Keliatan kali mau nulis aja kalo ada bahannya hehe. Jadi yang mau dibahas itu adalah, it's obvious from the title, PINDAHAN! 




Beneran yak, kalo cerita tentang diri sendiri itu ngetiknya bisa cepeeeeettt hahahah. Ini kepalaku dari tadi uda kayak ngasih tau -- Eh habis nulis yang ini, coba tulis yang itu deh -- kykakakak. Tapi sebenarnya aku selalu berusaha untuk bisa nulis hal-hal yang lebih menarique dan bermanfaat untuk orang-orang. Topik-topik yang uda ku plan tinggal mulai diriset dan ditulis aja. Cuma ya ituuu, nulis tentang hal-hal yang berkaitan dengan diri sendiri rasanya lebih effortless haha. Yang sini doyannya curhat soalnya wkwk.


Balik lagi yok ke cerita pindahan tadi hehe.


Pindah kemana kah gerangan dan mengapa pindah? 


Aku dan keluarga akhirnya pindah dari Korea Selatan ke Kanada. Setelah hampir 10 tahun di Korea Selatan, gitu tau bisa pindah rasanya bangga sama diri sendiri dan seneng. Aku selalu bilang ke diri sendiri dan semua orang yang tanya, kalo aku gak mau ngabisin waktuku sampe 10 tahun di Korea. Kenapa? Karena aku ngerasa aku masih mau coba hal-hal baru lagi. Aku mau coba kerja di industri yang sesuai dengan bidang penelitianku. Aku pingin explore tempat-tempat baru, ketemu orang-orang baru dengan suasana yang baru, dan hal-hal baru. Dan 10 tahun di Korea itu adalah waktu yang cukup lama. Gak pernah nyangka aku bisa bertahan segitu lama di Korea. Tapi kadarullah dan alhamdulillah all stories passed. Bisa keluar dari Korea berarti doa dan mimpi yang terkabul. 


Di Korea Selatan ngapai aja?


Aku mau coba flash back dulu deh, boleh ya. Awal ke Korea itu tahun 2013. Tujuannya adalah sekolah S2. Di tiga bulan pertama, rasanya pingin pulang terus. Aku inget, sempet beberapa kali ngerasa kok susah banget belajar di Korea. Ngimbangi cara kerja dan belajarnya orang-orang Korea itu kok berat ya. Jadi, dititik itu, aku justru mengerdilkan mentalku sendiri. Oh jelas, di bulan pertama dan kedua itu memang kayak mimpi bisa ke Korea. Tapi masuk bulan-3, mulai terasa, sebenarnya ke Korea itu ngapain maksudnya. Alhamdulillah bisa tamat S2, walau agak lelet 1 semester. Sejak tamat S2, bahkan sebelum bener-bener lulus, aku uda mulai cari-cari kesempatan S3 ke luar Korea. Punya pikiran, pokoknya Korea adalah opsi terakhir untuk S3. Aku pernah cerita di blog ini, kalau aku sempet diterima S3 ke UK. Gak ku lanjutin. Karena gaada beasiswanya. Akhirnya, balik lagi ke opsi terakhir, karena memang supervisorku uda nawarin juga untuk lanjut S3 di lab nya. Ternyata, betul euy, beban S3 itu rasanya lain banget. Aku ngalami titik terendahku pas sedang S3. Tapi ngalami turning point nya juga pas di S3. Pokoknya, lanjut S3 itu adalah salah satu keputusan terbesarku. Singkat cerita, lulus defense S3. Terus lanjut lagi Post-doc hampir 2 tahun. Jadi, proses cari-cari tempat untuk pindah setelah S3, baru bisa dimulai lagi di tahun pertama masa postdoc.


Kapan mulai kirim-kirim lamaran kerja?


Sebelum dinyatakan bener-bener tamat S3, aku sebernarnya uda mulai ngelempar lamaran-lamaran kerja. Cari-cari info dari LinkedIn dan ResearchGate secara umum. Tanya-tanya info loker kesana-sini. Yang penting segera dapat kerja aja waktu itu mikirnya, kalau bisa sebelum lulus uda dapat satu tempat untuk melanjutkan hidup. Gak terhitung berapa banyak lamaran yang ku kirim. Perkiraanku lebih dari 200 atau 300san gitu kali. Edan memang. Tapi yang dipanggil interview cuma beberapa. Mental ku juga sempat down. Ada pertanyaan-pertanyaan naluriah tentang diri sendiri: Am I a fraud? Am I that bad? Why no company wants to hire me? What's wrong with me? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini yang buat aku makin ngersuak self-esteem ku. 


Kenapa gak balik ke Indonesia aja untuk bangun Negeri?


Akutu berharapnya langsung dapat satu di luar Korea dan bukan di Indonesia. Mindset dari awal uda gitu hehe. Maaf ya. Tapi alasannya adalah karena pingin coba ke industri dulu dengan bidang riset yang sama. Di Indonesia waktu itu belum ada perusahaan yang punya R&D di Video Coding. Kalau sekarang kurang tau. Kalau akhirnya di Indonesia, ceritanya menurutku akan begini: lamar ke Indonesia, mau-atau enggak, posisi yang paling sesuai itu ya ngedosen untuk lulusan S3. Ada orang memang yang bisa ke industri juga, tapi aku yakin pasti karena memang kerjaannya sesuai dengan apa yang dikerjakan waktu S3. Atau seenggaknya masih related. Bagiku, jadi akademisi rasanya cukup dulu deh, uda tau feel nya akan seperti apa, jadi ngedosen nanti dulu deh. S2 dan S3 kyak uda mati-matian di Kampus, ibaratnya. Jadi, akademisi nanti dulu deh, pikirku. Lulusan S3 luar negeri, trus ngelamar dosen ke Indonesia, insyaallah ada aja jalannya. Dan prosesnya mungkin bisa sangat cepet. Ibaratnya kalau mau PD-PDan, insnyaallah ada aja yang mau nampung. Sementara aku mikirnya masih mau nguji kemampuan diri sendiri. Sebisa apa aku kalau terlempar ke industri dengan bidang riset yang sama. Karena memang masih mau cari pengalaman industri dibidang risetku sendiri. Kalau suatu saat balik ke Indonesia dan pada akhirnya akan ngedosen, seenggaknya yang ku ajarkan gak teori muluk. Ada tambahan pengalaman dan knowledge yang bisa dibagikan ke orang lain. Berharap bisa dapat pembanding dari dua sisi dulu sebelum bisa terjun lagi ke akademik. Pun gitu, aku tetep kirim lamaran ke kampus-kampus di Indonesia kok. Dan bener aja, 3 universitas top 5 nya Indonesia, berani nyiapkan kontrak kerja untuk ku. Tapi waktu itu, aku masih mau terus coba cari yang lain. 


Kalau di Korea, ada gak perusahaan yang sama dengan bidang penelitiannya?


Kalau di Korea ada, misal Samsung, LG, SK, KT, ETRI, dan lain-lain. Tapi mereka minta spek setinggi gunung Seoraksan. Ada satu perusahaan start-up di Korea yang sempet ngundang interview, tapi kemudian gagal. Gak rejeki. Kemudian setelah gagal bertubi-tubi ini, aku datang ke supervisorku, tanya posisi postdoc di Lab ada atau enggak. Atau ada gak di circle nya yang butuh postdoc. And I was so lucky to be selected as a postdoc researcher at KAIST. Thanks to my supervisor. From him, I finally landed my first Job ever after Ph.D. Walau masih di dunia akademisi. Well, that's OK; at least it was not a teaching position cos if it was, I would not know if I was ready for it. I probably would take it anyway, but just to get my life going. But I was fortunate; the postdoc that I got was only for research. And honestly, it was fascinating and ejoyable. There were ups and downs, of course, but overall, my postdoc experience was beautiful. 


Kalau bukan ke Korea dan Indonesia, memang maunya dapat kerja dimana sebelumnya?


Aku mikirnya, kemana aja deh, yang penting jangan di Korea dan Indonesia dulu hahah. Well, untuk bidang-bidang penelitianku, perusahaan yang banyak itu ada di Eropa, US, China, Taiwan, dan Korea sebenarnya. Sebelum bener-bener lulus Ph.D dan dapat posisi Postdoc di KAIST, aku sempet coba dulu ke beberapa perusahaan di German, Finland, Belgium, France, US, China, dan Taiwan. Tapi semuanya gagal. Kalau yang di China dan Taiwan, spek yang mereka minta gak terlalu cocok dengan background ku, karena mereka mintanya hardware designer untuk video codec. Dan untuk perusahaan di luar Asia, mereka masih very welcoming untuk ngundang interview. Walau pada akhirnya gagal, but that's OK, karena prinsipnya memang ngelempar anak pancing lamaran kerja sebanyak-banyaknya. Gagalnya kenapa, aku kurang tau. Ada beberapa yang literaly menggagalkan aku setelah interview, tapi what makes me happy at that time was some of the companies I applied, they rejected me due to other circumstances, like Covid and Visa process. Not necessarily because I am not good at what I am doing. Ini naikkan kepercayaan diri lagi. Mungkin aku di interview di waktu yang kurang tepat. Dan aku cuma punya passport Indonesia yang kemana-mana harus urus visa untuk bisa pindah negara. 


Oh, aku perlu cerita ini. Jadi sebelumnya aku sempat apply ke perusahaan tempat aku kerja sekarang, tapi untuk kantor cabang di Rennes, Prancis. Aku masuk ke short listed mereka, dan ikut proses interviewnya dari awal sampe akhir. Prosesnya panjang, sampe sebulanan kalo gak salah untuk interviewnya sendiri. Kemudian hasilnya baru dikabari hampir dua bulan selanjutnya. It was a bad news though. Kemudian, akhirnya aku kerja di KAIST berkat supervisor PhD ku. Setelah di KAIST sekitar 3 bulanan, aku kaget pas tim dari perusahaan ku ini ngontak aku lagi, dan ngundang untuk diinterview lagi. Waktu itu covid uda mulai turun dimana-mana, karena uda ada vaksin dan lain sebagainya. Tapi aku tolak, karena aku baru join di KAIST, jadi aku ngerasa mau coba belajar di KAIST dulu untuk batu loncatan. Setelah hampir setahun di KAIST, aku coba cek lagi lowongan di perusahaan ku, ternyata posisinya belum terisi, atau mereka sedang cari talent baru aja lagi. Aku coba apply lagi, cuma kali ini untuk kantor cabang mereka yang di Kanada. Aku diiterview dengan manager dari Kanada, jadi aku gak mentioned apapun soal interview history, kuatir hasilnya malah gak mulus. Tapi somehow akhirnya managerku tau, dan aku ketemu lagi dengan tim interviewer yang sama dengan tim yang nginterview aku waktu coba ke cabang Rennes. Di sini aku baru dapat info kenapa mereka nolak lamaranku waktu itu. Jadi, alasan utamanya karena covid. But I was so lucky pas diinterview untuk ke Kanada. Prosesnya cepet banget jadinya. Beberapa interview diskip, karena ada interview history waktu itu. Dan ini alasan kami pindah ke Kanada sekarang. Cerita selanjutnya aku kayknya akan cover cerita-cerita seru tentang Kanada lebih banyak. hehe...

Ini judul drama Korea yang sempat jadi top 10 di Netflix. Istriku beberapa kali sempat berusaha meracuniku untuk nonton ini dengan pendekata...


Ini judul drama Korea yang sempat jadi top 10 di Netflix. Istriku beberapa kali sempat berusaha meracuniku untuk nonton ini dengan pendekatan santai sampe yang mulai agak maksa wkwk. 


Pendekatan santai: "Yah, yok nonton drama ini yok. Banyak yang bilang ini bagus" (padahal uda nonton hampir setengah season do'i).


Pendekatan agak maksa: "Dramanya ini bagus banget mas. Ada pelajaran yang bisa diambil dari sini, terutama untuk seorang Ayah biar tau gimana nanti ndidik anak tanpa harus pake kekerasan!!!" 


Lalu kami beradu argumen tentang cara mendidik anak hahaha.


Aku sebenarnya pingin nonton dramanya juga, tapi kemudian males karena episodenya banyak, drama pulak. Ngertilah. Drama Korea kan bikin nagih. Dan aku gak mau kepancing ketagihan wkwkwk. Jadi kupikir nantilah nontonnya. Terlepas sekeren apapun dramanya, aku belum nonton! 


Dan sayangnya,,,, tulisan ini bukan tentang drama itu. Ini curhatan! hahah


Yang ini sering ada dikepalaku. Tipe orang melankolis kayaknya biasa ya ngomong sama diri sendiri, trus kesel, atau pusing sendiri. Kalau ngobrol tentang sesuatu, jarang bisa all out, lalu memilih untuk berpendapat (dengan diri sendiri) tentang topik obrolan, demi menghindari panjangnya argumentasi. Siapa yang begini? Coba tanya sama diri sendiri deh!!! :))))))


Jadi gini, belakangan aku suka bingung mengartikan kata "proud" atau kebanggaan. Entah bangga terhadap diri sendiri karena seabreknya achievements, atau mungkin bangga dengan orang terdekat kita (orang lain / anak / adik kakak / sahabat dekat). Kemudian posted it everywhere! Atau bahasa kerennya, pamer (?) hehehe. It's good to be proud of something we are achieving, right? Cos it feels so great to just finally feel a shiny gold on our hands after taking some long runs. But, even if we've achieved much, we should refrain from boasting. Yeaaah... "boasting" adalah kata yang tepat untuk mengexpresikan kalimat panjang ini. 


Proud dan Boasting adalah dua kata yang dekat maknanya, dan yang punya sedikit perbedaan. Paragrafku sebelum ini, kayaknya uda njelaskan, Proud itu apa. Kalau kalian cek web aplikasi: thesaurus, proud itu artinya bisa jadi arrogant loh. Sombong kalo di bahasa kita. Dan boasting itu lebih dekat ke pamer sih menurutku, walau artinya bisa jadi "make proud". Tapi tau gak alasan kenapa kita harus gak boasting? (1) Kalau kita pamer, kita bisa jadi sasaran empuk orang-orang yang punya sifat cemburu sama kesuksesan kita. Orang-orang gak perlulah terlalu tau kalau kita uda berhasil dapat mobil cantik karena usaha nabung bertahun-tahun, lalu posting mobil dan plat nomornya ke sosmed. REALLY? Itu contoh ya!! (2) Orang-orang bisa aja berpikiran kalau kita bisa dijadikan target kejahatan mereka, karena mereka tau siapa dan gimana kita. (3) Kita jadi terlalu mudah untuk berpuas diri kalau kita terlalu lama menghabiskan waktu untuk mengaggumi kehebatan kita sendiri. Malah jadi lupa gimana caranya untuk jadi sosok yang lebih baik. (4) We may become a jerk, karena kita mungkin jadi sosok yang suka meremehkan (atau terkesan meremehkan) orang lain yang belum bisa dititik kesuksesan seperti kita. 


Itu kasusnya kalau kita yang terlalu sering membual dengan kesuksesan kita sendiri. Terus, gimana kalo ternyata kita cuma pinter membual tentang kesuksesan adek atau orang terdekat kita sendiri. Padahal kita istilahnya cuma kecipratan kebahagiaan mereka secuil, lalu membual ke sana-sini, dan mengakibatkan mereka jadi target kejahatan orang lain. Oh man, mungkin anak, adek, kakak, sahabatmu gak pingin kebahagiaannya yang di-share ke kita diketahui orang lain. Mungkin mereka cuma mau berbagi kebahagiaan kecil mereka aja ke kita, tanpa harus pamer ke mana-mana. Yang berhasil orang (bukan diri kita sendiri), tapi seolah-olah kita punya andil besar dengan keberhasilannya? Atau malah akting seolah-olah kita lah yang berhasil? HAHAHAH. 


Huy, kayak yang aku bilang, it's OK to NOT be ok, dan aku mengartikan kalimat itu "gak apa-apa loh kalau kita keliatan gak keren," dari pada pamer something yang bukan seharusnya tempat kita untuk feeling too proud till we boast it. Kalau itu uda bagian dari karakter kita, it's good to try to be a little bit more relax about it too.


Well, it's also a gentle self-reminder


ANYWAY, it's actually really good to be able to finally write something that's on our mind and inexpressible through our tongue. Thanks to a close close friend who had suggested this to me for a long time! I think I'll make this one under my Healthy category too... 


See you later readers...


Barusan ada temen yang nge share berita dari KBS tentang kasus penipuan beasiswa . Aku nyebutnya "Beasiswa Pinokio". Korban...



Barusan ada temen yang ngeshare berita dari KBS tentang kasus penipuan beasiswa. Aku nyebutnya "Beasiswa Pinokio". Korbannya ya jelas dong mahasiswanya yak. Terus mahasiswanya ngaduh ke Media. Lalu terexpose kasusnya. Di kasus ini, salah satu mahasiswanya ada yang dari Indonesia. Hmm... sebenarnya kasus yang seperti ini bukan hal baru lagi. Dan aku yakin, ini gak cuma ada atau terjadi di Korea aja. Catet: gak cuma di Korea aja. Uda banyak kasus yang serupa/mirip sebelumnya, cuma gak sampe ke media begini (atau mungkin pernah sampe ke media, tapi kemudian terlupakan).

Sumber: KBS News

Curhat: Tahun 2013 aku juga salah seorang contoh mahasiswa penerima beasiswa dengan skema yg sama untuk program S2. Dinjanjikan memang akan dapat 600K won per bulan untuk biaya hidup aja (gratis uang kuliah). Waktu itu masih setara dengan 6juta rupiah. Dulu, biaya hidup di Seoul segitu cukup-cukup aja. Dan aku bisa survive hingga selesai S2, malah sekarang lanjut S3 dengan skema beasiswa yang sama. Tapi, kemudian pelan-pelan beasiswa ku ini nambah, dan sekarang bisa boyong istri. HEYYY... tapi itu sekitar 5~6 tahun yang lalu. Sekarang? Seharusnya seminim-minimnya 800K won (sekitar 9,5juta rupiah) per bulan per kepala dengan life style yang pas dan seadanya, menurutku. Jadi, kata kunci "gaya hidup" di sini penting! Apalagi mau bawa istri/keluarga dengan beasiswa segitu? Gak usah nekat!!!

Kasus beritanya gimana: Ini tulisan temanku, di wall facebook-nya. Baca screenshot-nya aja yak muehehehe.. Tapi pada intinya si mahasiswa merasa jadi korban penipuan. Karena jumlah beasiswa yang dijanjikan supervisornya waktu wawancara gak sama dengan yang dia dapat begitu dia mulai program studinya. Kasus yang seperti ini biasanya terjadi untuk kita yang ambil skema beasiswa profesor. Kita gabung di lab nya, lalu kita kerja dengan dia karena dia butuh mahasiswa untuk ngerjai projek-projenya atau untuk cari projekan baru. Ngerti dong ya skemanya kenapa kita nyebutnya beasiswa profesor dan gimana kita bisa dapat beasiswa? haha

Komentar dari tulisan temenku ini pun beragam. Kebanyakan merasa prihatin dengan kasus seperti ini. Tapi kalau aku pribadi masih mempertanyakan, kasus ini sebenarnya tahun berapa terjadinya? Kalau sekitaran tahun 2013, aku pikir 600K won per bulan untuk living cost untuk program S2 masih wajar sih. Karena di tahun itu, temen-temen seasramaku dulu 5 orang dari China nyatanya cuma dapat 550K won per bulan di awal-awal kuliah. Mereka ambil program integrasi S2-S3. Begitu mereka masuk di tahun-tahun studi S3, nambah jadi 2~3 kali lipatnya.

Mengapa bisa kejadian seperti ini?: Ini opini ya, dari awal kita memang uda harus cerdas pilih program dan skema beasiswa. Apalagi sekolah di negeri orang dengan skema beasiswa seperti ini. Beasiswa ini masih berasaskan TRUST antara kita sebagai calon mahasiswa dan calon supervisor kita! Seharusnya ada dokumennya / sertifikatnya. Cerdas dalam artian: jumlah beasiswa yang kita dapat cukup gak untuk hidup hari-hari per bulan (kebutuhan primer: kosan, makan, asuransi kesehatan), harus bayar uang kuliah lagi gak, untuk jajan sedikit bisa gak, dan masih banyak lagi pertimbangan. Kalau kebutuhan primer gak cukup, apalagi kalau jumlah itu belum termasuk uang kuliah, ewwwh...pertimbangkan untuk cepetan ninggalin kesempatannya! Karena sama aja bo'ong kalau kita kuliah pake "beasiswa", tapi masih kepikiran: "makan utk bulan depan gimana ya?" Jadi harus benar-benar dipastikan dgn si pemberi beasiswa (calon supervisor). Kalau seandainya begitu sampai di negara tujuan dan sekolah, tapi ternyata komunikasi di awal berbeda dgn kenyataan, alias supervisornya bohong, pikir lagi untuk stay atau cepet-cepet deh cari prof lain. Kecuali kita punya side opinion atau punya uang lebih hehe.

Tipsnya apa?: Di Korea, model beasiswa seperti ini masih sangat umum. "Kuliah, sambil ngulih" istilahnya. Kuliah aja uda susah, harus ngulih lagi dengan gaji yang minim? Mau? Jadi kalu mau ambil skema beasiswa yang seperti ini hati-hati ambil keputusan. Gak cuma di Korea ya, tapi bisa dimanapun, termasuk Indonesia. Mainkan kalkulatormu. Cari info biaya hidup per bulan di negara dan daerah/lokasi/kota dimana kampus berada. Lalu pertimbangkan lagi keputusan yang mau kamu ambil. Karena kalau seandainya kasus ini terjadi ke kita, yang rugikan kita sendiri. Di Korea sendiri banyak kok skema beasiswa yang layak, termasuk beasiswa "kuliah, sambil ngulih" ini, kayak aqiqa hahaha. Sebagai mahasiswa Internasional di Korea, kita akan bisa dapat potongan biaya kuliah 50%~100%, yang kemudian akan dievaluasi setiap semesternya. Dan banyak juga kok mahasiswa yang Non-Science and Non-Engineering yang kuliah dengan biaya sendiri, tapi kemudian mereka sangat bahagia di sini. Karena bisa sambil part time. Malah mungkin gaji part time nya bisa buat dia nabung dan lebih tajir dari yang dapat beasiswa. Well, itu hiperbola sih wkwk. Poinnya adalah, cerdas-cerdas cari informasi beasiswa kamu dan ambi keputusanmu ya. Kasus seperti ini mudah-mudahan jadi pembelaran kita semua.


Source: www.vistaeducation.com Bagi beberapa pemburu beasiswa ke Korea Selatan, pasti penasaran banget dengan sistem pendidikan di Korea...

Source: www.vistaeducation.com
Bagi beberapa pemburu beasiswa ke Korea Selatan, pasti penasaran banget dengan sistem pendidikan di Korea Selatan dan bagaimana rasanya bisa sekolah di Korea Selatan. Oya, aku pernah tulis sedikit juga beberapa poin mengapa kuliah ke Korea Selatan. Tapi kali ini, aku mau bahas lebih jauh keuntungan apa yang bisa kita peroleh kalau kita tinggal dan belajar di Korea Selatan, apakah kamu tahu kalau Korea Selatan adalah negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia? worldtop20.org telah merilis 20 nama negara dengan sistem pendidikan terbaik, dan Korea Selatan berada di ranking pertamanya pada tahun 2018 lalu, yang diikuti oleh negara lainnya seperti (dari yang terbaik): Findlandia, Norwegia, Rusia, Hong Kong, Jepang, Estonia, Latvia, Israel, Swedia, Lithuania, Denmark, Irlandia, Taiwan, Kazakhstan, Slovenia, Georgia, Singapura, Cyprus, dan China. Di tahun ini, Korea Selatan masih berada pada ranking ke-3 besar. Jadi, kalau kamu berencana studi ke Korea Selatan, selamat, karena kamu sudah memilih negara yang tepat untuk melanjutkan studi. Lalu, apa keuntungan belajar di Korea Selatan? Dan bagi kamu yang uda belajar di Korea, hey.. you are studying in a country with the best education system in the world! Yup, kamu yang masih merencanakan study ke Luar Negeri, negara belahan Eropa atau Amerika bukan lagi satu-satunya destinasi pendidikan terbaik. Di Asia Timur, sudah ada negara-negara yang nangkring di posisi 20 besar. Jadi, kalau pilihanmu ada di Korea Selatan, artinya kamu sudah dapat satu keuntungan mengapa belajar di sini. hehe... Yok kita bahas keuntungan lainnya apa. Tapi aku cuma nge-list 9 sih, dan ini opini.

1) Kualitas Pendidikan dan Penelitian yang sudah Teruji

Poin ini aku jadikan yang pertama karena faktanya bahwa Sistem Pendidikan di Korea Selatan memang salah satu yang terbaik. Setidakya ada risetnya atau ada orang-orang yang beranggapan seperti itu. Penilaian-peniliannya jelas, mulai dari rate jumlah siswa baru usia dini (3-4 tahun) s.d environment dan free access ke sekolahnya. Kualitas pendidikan dan penelitian Korea Selatan udah pernah dibahas sebelumnya di blog ini juga, bagi kamu yang belum baca, silahkan cek tulisan singkatku sebelumnya. Terus, kalau kamu juga mau baca sedikit lagi, kamu bisa juga cek tulisanku yang lain tentang perbandingan sistem pendidikan antara Korea dan Indonesia. Bicara kualitas pendidikan di Korea, kamu gak perlu ragu lagi dengan sistemnya. Belajar di Korea sudah dengan dengan suasana Kemajuan Sains dan Teknologi. Pengajarnya sudah rata-rata profesor. Full access dan high speed wifi di penjuru wilayah tempat kamu sekolah, at least di kampusku yang memang kampus mungil di Seoul gitu hahah. Perpustakaan sangat memadai dengan beragam jenis buku, akses ke publikasi-publikasi terkenal, dan ruangan-ruangan multimedia, serta ruangan private untuk belajar kelompok. Buka 24 jam lagi. Support kampus dengan dana penelitian cukup melimpah. Kalau kamu adalah mahasiswa graduate studies, aku yakin akses kamu untuk dapat mempublikasikan hasil penelitian cukup besar di sini. Apalagi kalau kamu memang jurusan sains dan engineering. Kamu akan dapat ruangan Laboratorium yang nyaman full set komputer di meja kerjamu. Dan kamu bisa kuliah gratis kalau bisa join di Lab.

2) Biaya Kuliah Murah (gratis) dan Biaya Hidup Terjangkau

Dibandingkan dengan negara-negara maju lain yang terdaftar di 20 negara dengan sistem pendidikan di dunia, Korea memang terbilang lebih murah dan terjangkau biaya hidup untuk seorang mahasiswa. And you know what, bagi kamu mahasiswa Internasional di Korea, kamu bisa dapat potongan biaya kuliah sebesar 100% setiap semesternya kalau kamu memang bisa mencapai threshold nilai. Rata-rata mahasiswa S-1 Indonesia di Korea, setidaknya dapat 50% potongan biaya kuliah. Dan rata-rata mahasiswa S-2 dan S-3 bisa bahkan gratis. Oke, aku sepertinya perlu nulis part ini diartikel yang lain nanti, yang khusus bahas berapa sih biaya hidup mahasiswa di Korea per bulan. Tapi sebagai gambaran, dulu di tahun 2013, aku hidup per bulan dengan 600K won per bulan, dan itu masih bisa nabung sekitar 100K won. Rate waktu itu 1 IDR = 10 KRW. Jadi sekitar 6juta rupiah per bulan. Lumayan murah kan yak. Dan itu sudah include semuanya: Biaya kosan, internet, uang makan per bulan, jajan, jalan-jalan, asuransi kesehatan, bioskopan, karokean, dan sebagainya. Tentu tergantung gaya hidup. Untuk bisa bergaya ala-ala K-Pop di Korea murah kok, kosmetikpun sangat terjangkau bagi yang tampil cantik. Kamu juga bisa ambil Part-Time. Tapi harus dapat permit dulu dari kampus dan pihak imigrasi. Aku nanti juga akan bahas gimana bisa dapat part-time di Korea.

3) Dukungan Karir yang Cukup Luas

Sejak nama Korea Selatan booming sekitar tahun 1960an, ekonomi Korea sudah menjadi magnet tersendiri bagi para investor lokal dan asing. Pertumbuhan ekonomomi sejak saat itu juga terus mengalami peningkatan terus-menerus secara signifikan hingga saat ini. Jadi, silahkan bayangkan sendiri, dengan kondisi pertumbuhan ekonomi dan ketertarikan para investor tersebut, apakah karir di Korea Selatan menjadi tidak kompetitif? Oh jelas dengan banyaknya jumlah mahasiswa internasional di Kroea, jumlah persaingan di dunia kerja juga terus meningkat, tapi bukan berarti ini menjadi halangan, karena semua kembali ke diri kita masing-masing, seberkualitas apa kita. Belajar di Korea memberi kamu pengalaman dan keterampilan bahasa lokal. Ini bisa jadi tantangan tersendiri. Tapi kalau kamu bisa bahasa lokal, peluang kamu untuk bisa berkompetisi dan berkarir di Korea Selatan akan lebih mudah.

4) Kaya Budaya dan Gaya Hidup yang Dinamis

Korea adalah negara yang sangat menghargai warisan budayanya. Tidak sedikit orang-orang Korea yang paham dengan sejarahnya. Dan jangan heran, ketika kamu berada di kota-kota besar di Korea, kamu masih akan bisa melihat situs-situs sejarah mereka. Istana-istana kerajaan masih menjadi magnet wisata terkenal. Dan aktivitas-aktivitas kerajaan tempo dulu juga menarik bagi para wisatawan. Kamu sebagai internasional, pasti akan tertarik untuk menjajal sekian banyak wahana wisata budaya Korea. Atau, kalau kamu tipikal orang modern style, gak usa khawatir juga. Gaya hidup di Korea sudah sangat modern. Kiblat fashion sudah di Korea bukan? hahaha.. Jadi sangat dinamis life style di sini.

5) Komunitas Indonesia yang Luas

Tipikal orang Indonesia itu adalah doyan kumpul-kumpul, iya gak sih? Kalau kamu berada di negara asing, pasti yang akan kamu lakukan pertama kali adalah bagaimana cara mengenal negaranya melalui orang-orang yang kamu kenal. Tentu dong kamu kan cari komunitas Indonesia di sini. TIPS nih, cari Komunitas Pelajar Indonesianya. Di Korea, di setiap kampus, punya perwakilan orang Indonesia. Gak cuma kampus-kampus di Seoul, kampus-kampus di Luar Kota Seoul juga ada. Karena sekarang Komutias Pelajar Indonesia di Korea a.k.a PERPIKA uda ada gubernur dan perangkat-perangkat pengurus per kampusnya. Yang penting, dapat akses aja deh ke PERPIKA, kamu akan aman di Korea dan gak akan merasa kesepian

6) Makanan dan Travel

Yang doyan makan tapi kuatir dengan culture shock di Korea ada? Spoiler nih, makanan di Korea banyak kok yang rasanya sama dengan rasa Indonesia. Kita di Korea masih makan nasi. wkwkwk.. Oh iya, orang Korea doyan kimchi, kamu gak perlu suka kimchi dulu untuk bisa tinggal nyaman di Korea. Di negara ini cukup kaya cita rasa. Dan terbilang murah sebenarnya, apalagi kalau kamu tinggal di sekitaran kampus. Budget makan sebulan bisa jauh lebih murah. Makan-makanan Indonesia justru terbilang lebih mahal di sini. Iya dong yak. Tapi jangan khawatir, di Korea kamu masih bisa nemu tempe dan indomie kesukaanmu. Untuk urusan jalan-jalan, Korea juga terbilang sangat terjangkau. Kita bahas aja dari ongkos transportasi yak. Moda utamanya adalah Subway dan bus. Ongkos per sekali naik untuk 10 km pertama adalah 1,250 won dan tambahan 100 won di setiap 10km tambahannya, murah beeett kan? Ongkos subway dan bus sudah terintegrasi lagi. Artinya, kalau kamu awalnya naik subway, lalu transitnya harus naik bus, ongkos busmu akan gratis kalau belum ada 10km kedua jaraknya. Akomodasi-akomodasi perjalanan juga standard harganya. Belum lagi di event-event tertentu, Korea punya gratisan untuk para wisatawan. Yang penting update info aja.

7) Masyarakat dan orang-orang Korea

Masyarakat Korea terkenal cukup ramah dan baik. Selama aku tinggal di sini, aku sih gak pernah di reseh-in sama penduduk lokal. Beberapa orang pernah mengalami tindakan rasis, tapi itu hanya beberapa. Yang penting kamu bisa respek dan menghargai orang lain, pasti kamu akan mendapat penghargaan yang sama. Untuk kamu yang muslim juga gak perlu khawatir. Penduduk lokal semakin hari semakin open minded kok. Sudah banyak komunitas muslim di Korea. Dan orang-orang Korea sendiri sudah tidak lagi terkejud dengan penampilanmu kalau kamu memang berhijab syar'i. Akan ada yang bertanya dan memandangimu heran, bisa jadi. Tapi kebanyakan orang-orang di sini gak peduli. Mereka bisa cukup toleran kalau kamu kasih pengertian yang tidak terlalu fundamentalis tentang kepercayaanmu.

8) Comfort zone and safety

Kamu yang doyan pergi jauh dan pulang lewat tengah malam. Korea juga masuk ke negara yang cukup aman di dunia. Subway memang jam operasinya hanya sampai jam 12 malam, tapi Korea punya bus yang beroperasi 24 jam. Kamu juga bisa memanfaatkan Taxi kalau kepepet. Perlu diingat, kamu tetep harus hati-hati dan waspada ya. Maling dan kejahatan terjadi biasanya karena ada kesempatan toh?  Untuk mahasiswa, kamu sudah diwajibkan untuk join dengan asuransi kesehatan di Korea. Artinya kamu harus bayar per bulan untuk asuransi. Ini penting, dan kamu bisa pakai kapan saja. Aku pernah melakukan operasi di Korea karena sakit, diinapkan selama 4 hari, tapi bayar hanya 30% dari semua total biaya pengobatan.

9) Terciprat Korean Wave (Hallyu)

Suka atau gak suka, kamu pasti terciprat dengan hallyu hahaha. Drama Korea kapanpun bisa kamu akses. Kamu bisa nonton konser grup-grup band mu lebih sering dan lebih dekat. Bisa jadi kamu masuk ke kamera TV pas lagi jalan-jalan. Ummm... apa lagi yak? Oh ya, kamu bisa nonton konser-konser gratis pas musim Spring. Setiap tahun, biasanya kampus-kampus di Korea punya event tahunan gitu, sebutannya Annual Festival. Setiap kali festival, kampus-kampus akan ngundang artis-artis K-Pop untuk konser. Dan kamu gratis menikmati itu. Yang kamu lakukan hanya perlu hunting tanggal-tanggal menariknya.


Kembali ke konten Beasiswa ke Korea:

1. Sekapur Sirih: Revolusi Hidup
2. Motivasi: Mengapa Ke Korea?
3. Persiapan Beasiswa
4. Jenis-jenis Beasiswa
5. Aplikasi Beasiswa
6. Biaya dan Visa

Source: https://worldtop20.org Beberapa orang mungkin juga tertarik untuk tau perbandingan sistem pendidikan di Korea Selatan dengan d...

Source: https://worldtop20.org
Beberapa orang mungkin juga tertarik untuk tau perbandingan sistem pendidikan di Korea Selatan dengan di Indonesia. Mari kita bahas di sini juga ya :). Perlu dicatat bahwa Indonesia dan Korea Selatan merdeka ditahun yang sama. Indonesia merdeka 2 hari lebih awal dari pada Korea. Hmm.... bagaimana ya sistem pendidikan kita dengan negara Korea ini? Nah, untuk bahas ini, aku bagi jadi dua sesi. Sesi yang pertama akan bahas perkembangan sistem pendidikan di Korea Selatan, lalu lanjut ke sesi yang kedua pembahasan tentang sistem pendidikan kita di Indonesia.

1) Perkembangan Sistem Pendidikan di Korea Selatan
Jadi, Korea melalui pendidikan dan penelitiannya telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang sangat signifikan. Kita bisa liat dari angka dan persitensinya. Sejak awal 1960, pertumbuhan ekonomi Korea terus merangkak naik dikisaran angka 7-8% per tahunnya. Wajar dong kalau dengan pertumbuhan yang relatif stabil seperti ini setiap tahunnya, Korea pada akhirnya bisa menunjukkan wajah kumuhnya menjadi negara industri yang menawan bagi para pebisnis, wisatawan, dan para penyedia jasa. Perubahan-perubahan ini juga sebenarnya merambah sampai ke kebijakan pemerintahan, kejelasan hukum, dan tentu didukung oleh sumber daya manusianya. Semua proses panjang ini sudah dimulai dari awal mereka merdeka, sejak tahun 1945-an.

Source: www.worldbank.org
Rahasia lain dari kemajuan negara ini adalah disebabkan karena faktor sosio-kultur. Yakni adanya paradigma yang baik dari masyarakat lokal terhadap pendidikan. Dalam arti lain, masyarakat Korea memang sangat mengapresiasi pendidikan. Tidak hanya sebagai sarana untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, tapi juga sebagai bentuk pengakuan sosial (simbol harkat martabat atau kehormatan seseorang). Beberapa sumber bahkan menyebutkan dengan statement yang lebih kuat kalau orang-orang Korea memang obsesive dengan pendidikan. Hal ini bisa kita lihat dari tingginya peminat masyarakat di Korea Selatan terhadap dunia pendidikan. Mereka sudah melek kalau pendidikan itu sangat penting. Jadi, jangan heran kalau good readers pernah dengar, anak-anak di Korea ada yang sudah dimasukkan ke sekolah sejak umur setahun atau bahkan lebih mudah dari itu. Di Indonesia juga sudah ada sepertinya? Juga,,, jangan heran mengapa banyak jumlah orang Korea, khususnya anak-anak umuran sekolahan, yang nekat bunuh diri karena mereka gak bisa masuk ke universitas A atau B dan C. Tapi itu dulu. Rate bunuh diri dikalangan siswa dan mahasiswa dulu memang cukup tinggi di Korea. Karena obsesive tadi. Biasanya dipicu oleh keinginan orangtuanya. Tapi intinya adalah bahwa perkembangan SDA di Korea sudah menjadi fokus utama bangsa ini sejak lama. Dan ini terus berlanjut hingga sekarang. Integritas dan kemandirian berfikir telah dan terus ditanamkan di Korea. Unik ya, mereka sudah sadar ini dari awal. Sejak dulu. Seharusnya kita punya kesadaran ini lebih besar, karena kita terjajah lebih lama dari pada Korea. Ya gak sih?

Karena obrolan kita tentang motivasi, maaf ya kalau tulisannya jadi lebih serius dikit 😅😅😅. Tujuanku sebenarnya supaya kita juga tau kalau Korea itu juga pernah susah dan gambarannya seperti apa sehingga mereka menjadi developed seperti saat ini. Well, negara mana yang enggak, ya kan? Tapi Korea berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan mereka melalui pendidikan dan penelitiannya. Negara kita gimana? Silahkan tuliskan opini kamu sendiri di kolom komentar yaaa hehe. Semoga menjadi motivasi untuk kita semua.

Source: www.english.moe.go.kr
Mari kita bahas gambar dari www.english.moe.go.kr di atas. Gambar di atas mengilustrasikan tentang kebijakan pendidikan di Korea yang didesain secara bertahap. Pertama, dimulai dengan penerapan kewajiban bersekolah bagi anak usia sekolah dasar di tahun 1950-an. Pembebasan biaya sekolah untuk siswa-siswi SD ini sudah dikembangkan di tahun yang sama looooh. Hebat bukan? Dampak nyatanya adalah adanya peningkatan  jumlah siswa SD pada tahun 1960-an. Rasio penerimaan siswa SD juga melampaui angka 90%. Tapi pemerintah Korea gak berhenti disitu aja. Anjaiiii banget memang. Karena pengembangannya terus dibenahi hingga ke pendidikan menengah pertama, tepatnya pada tahun 1979, yang juga mencapai 90% level penerimaan siswanya. Sedangkan untuk siswa sekolah menengah atas baru ada sejak tahun 1980-an. Rasio penerimaan untuk siswa SMA juga mencapai 90% di tahun 1990an. Hal yang sama dengan rahasia capaian di level perguruan tinggi yang mencapai 60% sejak tahun itu. Gak habis fikir gw, catatan penting seperti ini untuk negara kita, dimana sih bisa kita dapat? Ini penting loh menurutku. Karena kita jadi tau perkembangan revolusi pendidikan kita. hmmm...

Nah, nah.. sekarang yok kita bandingkan berapa lama siswa-siswa sekolah ini mengenyam pendidikan dari SD s.d. selesai S-1. Dan tau gak sih, ternyata lamanya waktu masa sekolah anak-anak di Korea sama persis dengan di Indonesia? SD 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun, dan S-1 rata-rata 4 tahun, S-2 rata-rata 2 tahun, S-3 rata-rata 5 tahun (jarang yang banget yang bisa lulus 4 tahun, dan gak pernah tau ada yang bisa lulus 3 tahun untuk Ph.D). Tapi Korea bisa jauh lebih unggul dari segi pendidikannya dibandingkan dengan sistem pendidikan di Indonesia. I think so yeaaah. Mengapa? Karena mereka memang sudah memikirkan jangka pajang perkembangan SDA-nya. Perencanaan mereka ini loh yang cukup matang, konsekuensinya ya jelas mereka akan menghasilkan guru-guru terbaik untuk penerusnya. Support pemerintah juga menjadi sangat penting, termasuk juga effort pemerintah dan sosialnya untuk meningkatkan kesadaran belajar yang tinggi.TOP markotop!

2) Perkembangan Sistem Pendidikan di Indonesia
Strategi kebijakan pendidikan Indonesia tertinggal 50 tahun dibanding Korea Selatan 😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱 (SHOCK!!!) Hal ini bisa kita lihat dari kebijakan pembebasan biaya sekolah dasar. Isu pembebasan biaya sekolah dasar baru hangat di awal tahun 2004 dan sampai saat ini mungkin belum sepenuhnya terlaksana? Mohon dikoreksi yaa. Tapi yang aku dengar memang SD - SMA (negeri ya, belum include dah tu sekolah-sekolah swastanya), sekolah sekarang sudah gratisss. Tapi ini baru terjadi di beberapa tahun terakhir kan ya? Mohon koreksi lagi deh pokoknya heheh. 

Kemudian jika kita bandingkan angka partisipasi atau rasio penerimaan siswa, Indonesia juga masih tertinggal. Berdasarkan data tahun 2008, rasio penerimaan pendidikan dasar mencapai 90%, pendidikan menengah pertama mencapai 60%, dan pendidikan menengah atas baru mencapai 40%. Rasio tersebut tertinggal dari Korea Selatan yang telah mencapai angka 90% untuk jenjang pendidikan dasar sampai menengah atas semenjak akhir 1990-an. Investasi pemerintah Indonesia dibidang pendidikan pun masih tergolong rendah yaitu berada di angka 3.5% (terhadap GDP), sedangkan Korea berada di angka 4.2%. Hal ini mungkin bisa ditangkal karena luasnya negara Indonesia, tapi ayoklaah... ada gak sih angka-angka yang realistis dari ini????


Source: https://en.brilio.net/
Kebijakan ekonomi di Indonesia pun gak berjalan dengan baik. Rencana Pembangunan Lima Tahunan (Repelita) yang pernah diusulkan diperiode pemerintahan Soeharto gak menunjukkan hasil yang memuaskan. Keberlanjutannya praktis terhenti semenjak Soeharto gak lagi menjabat sebagai Presiden. Padahal jika dilihat lebih detail rencana pembangunan ini gak jauh berbeda dengan rencana pembangunan di Korea Selatan. Kondisi ekonomi Indonesia berada pada level terendah ketika terjadi krisis moneter di tahun 1997, oleh karena itu, beberapa industri yang disiapkan sebagai industri lokal yang akan menjadi penggerak kegiatan ekonomi juga terkena dampak serius dari krisis tersebut.

Kebijakan pendidikan dan ekonomi di Korea Selatan lebih terarah dan sistematis, dimana perbaikan dilakukan hampir setiap 7-8 tahun. Kurikulum yang mereka pergunakan saat ini dikenal sebagai “Sixth Revised Curriculum”. Sedangkan kebijakan pendidikan dan ekonomi yang diambil di Indonesia selepas krisis moneter 1997 lebih mirip sebagai kebijakan temporer, dimana selalu berganti seiring pergantian kepemimpinan. Dan sampai saat ini pun pemerintah belum sanggup untuk memetakan strategi kebijakan pendidikan dan ekonomi jangka panjang. Perencanaan kebijakan yang tidak berencana menyiapkan Indonesia jauh ke depan dan tidak selaras antara kebijakan pendidikan, ekonomi dan pemerintahan tidak akan menghantarkan Indonesia pada pencapaian yang maksimal.

Faktor sosio-kultur pun ikut berpengaruh dalam keberjalanan pendidikan dan ekonomi di Indonesia. Pendidikan masih belum mendapatkan apresiasi yang baik dari seluruh masyarakat Indonesia. Rendahnya minat bersekolah masih sangat terasa di beberapa daerah di Indonesia. Hal ini terjadi akibat kurangnya pemerataan pembangunan dan informasi di Indonesia. Oleh karena itu, Pemerintah seharusnya mulai menggerakan semua sektor baik publik ataupun swasta untuk mengubah cara pandang mengenai pendidikan ini.


Source: https://en.brilio.net/

    Pemerintah Indonesia masih menjadi faktor dominan penentu keberhasilan penerapan kebijakan pendidikan dan ekonomi ini, dimana seharusnya sanggup untuk mengolaborasikan pemerintahan, pendidikan dan industri dalam kerangka tujuan yang sama. Selama kebijakan ketiganya masih dalam kerangka yang terpisah, pengembangan sumber daya manusia Indonesia menjadi manusia unggul seperti yang dicita-citakan konstitusi tidak akan pernah tercapai. Dengan kondisi tersebut, produktivitas masyarakat pun tidak akan pernah meningkat sehingga pada akhirnya berimbas kepada kondisi ekonomi yang tidak kunjung membaik.

    Lalu, mengapa harus belajar dari Korea? Pengalaman yang dimiliki Korea sesungguhnya memiliki makna pembelajaran yang sangat dalam. Kesungguhan dalam membangun Negara, dibuktikan hanya dalam waktu 50 tahun. Waktu yang cukup singkat untuk mengembangkan sumberdaya manusia. Indonesia dalam hal ini bisa mengambil pelajaran dan kemudian diterapkan di Indonesia, tentunya dengan proses adaptasi terlebih dahulu disesuaikan dengan karakter dan nilai-nilai bangsa kita. Sangat tepat, jika kita, orang Indonesia belajar dari Korea, melihat dari dekat bagaimana mereka mengembangkan pendidikan, ekonomi, dan teknologi mereka. Korea Selatan, negara yang sedang membenahi diri menuju negara maju yang bermartabat.

    Korea Selatan adalah salah satu negara yang memiliki level penelitian global yang sudah diakui di dunia. Perkembangan penelitian di Kore...



    Korea Selatan adalah salah satu negara yang memiliki level penelitian global yang sudah diakui di dunia. Perkembangan penelitian di Korea dimulai dari tahun 1960an, dimana negara ini waktu itu masih dianggap “miskin” dan banyak melakukan imitasi. Dan sejak saat itu, Korea terus meningkatkan kualitas-kualitas penelitiannya. Hingga sekarang, Korea sudah menjadi contoh bagi banyak negara berkembang. Bahkan menjadi salah satu negara destinasi dengan jumlah mahasiswa asing yang cukup banyak. Per April 2017, ada sekitar 124,000 mahasiswa asing dari manca negara yang tersebar ke 43 universitas negeri dan sekitar 180-an universitas-universitas swasta. Hal ini menunjukkan bahwa Korea selatan telah menjadi destinasi Pendidikan popular dan rumah bagi para pecinta ilmu pengetahuan dan teknologi.

    http://www.koreaherald.com

    Korea sekarang sudah memiliki kekuatan Research & Development (R&D) yang sangat mumpuni. Bahkan hampir disemua bidang ilmu dan disiplin ilmu, khususnya untuk bidang-bidang IT, komunikasi, transportasi, dan civil engineering. Hal ini juga didukung oleh keterbukaan dan keseriusan pemerintah Korea sendiri yang secara massive memberikan investasi pada pusat-pusat R&D di Korea, termasuklah diantaranya pusat penelitian yang berdiri di kampus-kampus. Dukungan investasi pemerintah Korea bisa dilihat dengan berdirinya Lembaga atau institusi Basic Research: Ministry of Science, ICT and Future Planning, National Research Foundation of Korea, Institute for Basic Science, the INNOPOLIS, dan lain sebagainya. Dari Lembaga-lembaga penelitian ini, Korea telah banyak menghasilkan produk-produk penelitian yang penggunaannya diperuntukkan bagi negara Korea sendiri. Beberapa produk juga sudah berkali-kali diexport ke negara lain. Kreativitias, kebebasan meneliti, dan lahirnya start up atau transfer teknologi juga terus berkembang hingga saat ini. 

    Dari sini, masihkah kamu meragukan Korea Selatan? Oh iya tentu, jika dibandingkan dengan negara-negara di benua Eropa dan Amerika, mungkin Korea bukan jadi destinasi menarik. Apalagi jika good readers sempat pernah mendengar bagaimana culture study-nya Korea. Tapi, bagi kamu yang haus dan lapar dengan ilmu dan pengalaman, khususnya dibidang-bidang ilmu yang aku sebutin tadi, aku sih yakin, Korea Selatan akan sangat cocok untuk dijadikan destinasi studi. Aku lanjut sedikit lagi yak beberapa hal lain tentang perkembangan sains dan teknologi di Korea.


    Apakah kamu tahu bahwa:
    1. Pada tahun 2011, Korea Selatan berinvestasi sebesar 0.73% dari total GDP nya untuk pengembangan Lembaga-lembaga Basic Research, dan menempatkan Korea mejadi negara dengan jumlah penelitian terbesar ke-2 di dunia setelah Switzerland dengan 0.77% nilai investasi
    • Korea menduduki ranking ke-9 pada daftar Gross Domestic Expenditure on Research and Development (GERD) per kapita populasi
    1. Korea memiliki patent yang diakui dunia luas dengan urutan ke-3 di dunia dengan jumlah patent 640,412 patent
    • Kemudian, Korea terus meningkatkan nilai investasinya sebanyak 4% untuk research dan development negara ini, dan berhasil menduduki posisi ke-2 pada daftar GERD setelah Israel
    1. Graduation rate dari seluruh universitas di Korea yang berusia 24-34 tahun adalah 63% dan menjadikan Korea sebagai negara paling berpendidikan di level OECD. Hal ini sekaligus menjadikan Korea sebagai negara yang memiliki jumlah peneliti tertinggi di dunia.
    Masih mau bukti yang lain?
    hmmm.. please do your homework. hahaha
    My point here: kalau good readers pada akhirnya memutuskan untuk studi di Korea, kamu gak perlu khawatir dengan masalah funding. Korea sudah punya skema yang menurutku sangat baik dan foreigner friendly. Itu positifnya. Tapi kalau dari segi culture, I believe everyone will need to fight their own struggles!



    Lanjut ke Sub-konten lainnya:

    1. Mengapa Kuliah ke Korea Selatan
    2. Perkembangan Science dan Teknologi di Korea
    3. Perbandingan Sistem Pendidikan Korea Selatan dan Indonesia
    4. Apa Keuntungan Belajar di Korea Selatan



    Berikut adalah beberapa contoh tentang hal-hal yang sangat baik dari Korea Selatan yang bisa dijadikan motivasi untuk belajar di Kor...




    Berikut adalah beberapa contoh tentang hal-hal yang sangat baik dari Korea Selatan yang bisa dijadikan motivasi untuk belajar di Korea.

    1. Perkembangan Riset Engineering
    Setelah tiga periode kemandirian Korea dalam hal pendidikan dan penelitian bener-bener terorganisir rapih, sekarang ini Korea Selatan tinggal perlu meneruskan pegembangan teknologi mereka ke-era Next Generation Research. Hampir semua teknologi yang terkenal saat ini ada di Korea Selatan. Sebut saja smart phone dan smart TV. Korea merupakan salah satu leader teknologi ini. Yang terkenal lainnya adalah jaringan internet Korea yang masih menjadi yang terbaik dari negara maju lainnya. Bahkan jaringan 5G sedang direncanakan komplit ditahun 2020. Atau kita sebut aja yuk teknologi lainnya, mobil besutan korea, Hyunday, yang pertama kali diexport ke North Amerika di tahun 1970an. Dan sekarang menjadi perusahaan mobil terbesar di Korea dan terkenal di manca negara. Termasuk juga lah dengan sistem transportasi dan control signal transportasi Korea yang terus up-to-date. Yang terbaru apa? Korea Selatan dalam waktu dekat juga akan menjadi rumah bagi para pecinta bidang Artificial Intelligent (AI). Karena kabarnya pemerintah Korea sedang menggodok rencana untuk membuat satu jurusan khusus untuk bidang AI. Keren gak? Jadi cocok untuk kamu yang memang bidangnya relate ke Engineering atau Computer Science, dan ICT.

    2. Perkembangan Riset Science dan Bioteknologi
    Kamu mau lihat kemajuan teknologi dari sisi mana lagi? Kosmetik? Pasti sudah banyak yang tahu kalau negara gingseng ini punya banyak produk-produk kecantikan yang terbesar di dunia. Alat-alat kecantikannya juga makin mutakhir. Apakah ada diantara good readers yang menjadi salah satu konsumen produk-produk kecantikan asal Korea juga hehe. Produk-produk pertanian negara ini juga terus diteliti sehingga bisa menjadi bahan dasar dan bahan baru untuk produk-produk makanan atau kosmetik lagi. Bioteknologi mereka terus berkembang di sini. Lab basah dan Lab kering sangat aktif di Korea.

    3. Perkembangan Seni dan Kebudayaan Korea
    Dari sisi fashion dan entertainment industry? Bagi yang doyan K-POP dan Drama Korea, pasti setuju banget kalau negara ini disebut sebagai negara yang paling sering bikin baper karena artis-artisanya cantik-cantik dan ganteng-ganteng. Apa??? Cute?? Cute juga boleh deh. Dan masih banyak lagi. Termasuk wisata dan kulinerinya. Semua bisa menjadi motivasi tambahan untuk bisa studi di Korea. Jadi bagi yang berminat dengan bidang Seni dan Budaya, hal ini mungkin bisa menjadi salah satu motivasi untuk menjadikan Korea sebagai negara studi destinasi.

    4. Perkembangan Sistem Pemerintahan Korea
    Gimana dengan sistem pemerintahan dan Pendidikan di Korea? Korea adalah salah satu negara yang sudah menerapkan open data government dan transparasi system pemerintahan. Smart city juga sudah tidak asing lagi di sini. Jadi bagi yang tertarik dibidang-bidang studi terkait, bisa memilih salah satu kampus di Korea yang memang menyediakan jurusan-jurusan khusus seperti ini untuk menggali ilmu dan wawasan di bidangnya.

    Jadi sekarang tinggal goo readers nih. Doyan Korea dari sisi mana. Tapi sekali lagi kalau boleh menyarankan, sebaiknya duluankan misi belajar good readers dulu. Mau apapun jurusannya nanti, good readers akan bisa menikmati semua yang ada di sini. 

    Ah... satu hal lagi, orang-orang Korea doyan banget kerja. Mereka bisa mendedikasikan diri mereka di Lab-lab, perpustakaan-perpustakaan, atau bahkan cafe-cafe yang tujuannya adalah untuk belajar. Ini adalah salah satu hal unik dan akan menjadi pemandangan yang berbeda nanti ketika good readers sudah sampai di Korea. 

    Oya, kalau menurutmu masih ada motivasi lain, cerita dong di kotak komentar 😍


    Source: http://www.daelim.co.kr Setelah sekian tahun aku bertahan di Korea, sampai sekarang pun masih ada yang tanya "Kok Kore...

    Source: http://www.daelim.co.kr


    Setelah sekian tahun aku bertahan di Korea, sampai sekarang pun masih ada yang tanya "Kok Korea?". 

    Enggak tau alasan pastinya apa, tapi dulu aku dihadapkan dengan dua pilihan: Malaysia dan Korea Selatan. Kedua-duanya menjanjikan untuk ku bisa terus sekolah. Waktu itu, aku cuma mau bisa kuliah ke Luar Negeri gratis. Malaysia menjanjikan skema beasiswa berupa grant, supaya mahasiswa sepertiku bisa hidup layak dan tetep sekolah. Berbeda debgab Korea Selatan yang tidak mengenal istilah grant. Apa bedanya? Nanti kita bahas 😊

    Jadi gini, kalau kalian bandingkan nilai tukar uang antara Malaysia dan Korea sekarang ini, (sebenarnya dulu ditahun 2013 juga, tahun ketika aku galau memilih antara Malaysia dan Korea), nilai uang Malaysia terhadap US Dollar lebih mahal dibanding Won. Tapi yang aku lihat waktu itu adalah prospek kapan aku bisa mulai kuliah. Cerita sedikit nih ya, jadi sebelum aku sampai ke Malaysia, aku uda sempet kirim berkas dulu ke Korea Selatan, kampus ku yang sekarang. Karena terlalu sering gagal dengan pencarian beasiswa, aku pasrah, dan memutuskan nekat ke Malaysia. Bekal ku waktu itu adalah peluang sekolah by Grant Scheme dengan salah satu dosen di UTM, yang gak lain adalah kakak seniorku dulu waktu masih di Kampus S-1. Enem bulan lamanya aku nunggu dan menjalani profesi sebagai Scholar Visit di Universiti Teknologi Malaysia (UTM). Sampai di Malaysia, akhirnya dapat email dari Korea Selatan yang menginformasikan kalau aku diterima. Enem bulan lamanya aku nunggu email itu. Padahal waktu itu, aku juga sedang mulai ngenalin projek ku di Malaysia. Tapi belum terdaftar sebagai mahasiswa. Galau. Bingung mau pilih mana. Tapi kemudian pertimbangan jatuh ke Korea. Karena aku pikiri, peluang lebih besar untuk bisa mengenal teknologi terbaru di Korea. Beda toh dengan beberapa orang yang sudah sekolah ke Korea. Mereka justru memang uda jatuh hati banget dengan Korea melalui K-Pop dan drama-daramanya. Aku, masih emmm... i dunno..  muehehe.

    Nah ini poinnya. Apa motivasi sebenarnya ke Korea?

    Enggak sedikit yang memang ngerasa terjebak dengan image Korea dan semua hal tentangnya yang kesannya kinclong. Katakanlah teknologi dan industri musik - perfilman / drama Korea. Mereka yang gak bisa survive, maka akan otomatis gagal. Seleksi alam! Sekolah bukan untuk jalan-jalan. Bukan untuk ketemu artis. Bukan untuk keluar masuk konser gratis. Well, yang seperti itu bisa,,, semuanya bisa kita dapat setelah kita di Korea. Tapi untuk bisa survive di Korea dengan modal hedonisme itu aja, ya gak bisa. Modal semangat belajar dulu yang harus dibawa. Yang lainnya tadi adalah hadiahnya, karena kita bisa bertahan di Korea, dan pada akhirnya tau gimana caranya untuk bisa jalan-jalan dan menikmati apa yang memang uda ada di Korea. Poin pentingnya adalah: Motivasi untuk belajar harus dikuatkan dulu. 

    Yok kita bahas pelan-pelan di sini :)

    Tau gak sih kalau pertumubuhan pendidikan, penelitian, dan yang kemudian menggairahkan pundi-pundi kemajuan ekonomi Korea, tidak terjadi dalam sekejap mata? Pernah dong nonton drama-drama Korea kolosal yang sering menunjukkan gimana Korea tempo doeloe? Banyak yang kelaparan waktu itu. Karena memang negara ini, dulu nya sangat terpuruk. Banyak bayi yang meninggal di-umur kurang dari setahun karena kurang gizi. Dan juga banyak bayi, balita, dan anak-anak zaman dulu yang kemudian harus berpisah dengan keluarganya untuk diadopsi oleh orang-orang dari negara maju, seperti: USA. Ini adalah salah satu praktek yang banyak tidak diketahui sebelum Korea menjadi negara maju seperti saat ini. Dan Amerika punya cerita khusus untuk kisah anak-anak yang di adopsi dari Korea Selatan. Ada banyak kisah dimana keturunan Korea yang sudah menjadi warga negara USA melalui proses adopsi tadi, kemudian kembali ke Korea untuk mencari orangtua atau keluarga kandung mereka. Dengan kondisi yang seperti ini, Korea kemudian mulai berbenah dan membutuhkan waktu sekitar 50 tahun untuk kemudian bisa bertransformasi dari negara miskin, berkembang, dan sekarang menjadi salah satu Singa di Asia 😊. Kita bisa lihat dari perubahan struktural yang menjadi platform atau blueprint transformasi ini. Transformasi platform ini melalui proses yang sangat panjang, kurang lebih sekitar 30 tahunan - dan terjadi dalam 3 periode: 
    - (1960-1970) Periode mencotek atau imitasi teknologi asing
    - (1980-1990) Periode pembentukan pola riset dan pengembangan (R&D) industri
    - (1990-2000) Periode pengembangan riset dasar



    bersambung dulu yaaa... heheh :). Ini aku sambung tulisan motivasi sekolah ke Korea Selatannya ya. Penjelasan mengenai ketiga priode yang aku maksud, bisa dicek di sub-link berikut. Dari ketiga link itu, aku berharap kalian bisa menarik poin penting gimana caranya Korea Selatan bisa terus memperbaiki diri a.k.a berevolusi. Dan smoga kalian juga bisa tau betapa menggiurkannya perkembangan penelitian dan pendidikan Korea saat ini. Waktu aku memutuskan untuk sekolah ke Korea, pertimbangan sejarah seperti ini gak pernah ada di kepalaku hahah... Yang aku tau, Korea lebih maju dari Malaysia. Korea adalah tempatnya para engineer hebat. Korea punya internet nomor wahid kecepatannya. Untuk tujuan penulisan projek ini, I do some homeworks. Hope you can see a broad wide view of how Korea can really survive on their struggles. 



    Ke Sub-konten lainnya:

    1. Mengapa Kuliah ke Korea Selatan
    2. Perkembangan Science dan Teknologi di Korea
    3. Perbandingan Sistem Pendidikan Korea Selatan dan Indonesia
    4. Apa Keuntungan Belajar di Korea Selatan